widgeo.net

Ahlan Wa Sahlan

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat

PERINGATAN

“Hendaklah ada diantara kalian suatu umat yang mengajak kepada kebaikan, mereka memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran: 104)

TANGGAL MASEHI

JAM



Kamis, 01 Desember 2011 1 komentar

Tips Membina Rumah Tangga yang Sakinah

Setiap insan yang hidup pasti menginginkan dan mendambakan suatu kehidupan yang bahagia, tentram, sejahtera, penuh dengan keamanan dan ketenangan atau bisa dikatakan kehidupan yang sakinah, karena memang sifat dasar manusia adalah senantiasa condong kepada hal-hal yang bisa menentramkan jiwa serta membahagiakan anggota badannya, sehingga berbagai cara dan usaha ditempuh untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut.
Pembaca yang budiman, sesungguhnya sebuah kehidupan yang sakinah, yang dibangun diatas rasa cinta dan kasih sayang, tentu sangat berarti dan bernilai dalam sebuah rumah tangga. Betapa tidak, bagi seorang pria atau seorang wanita yang akan membangun sebuah rumah tangga melalui tali pernikahan, pasti berharap dan bercita-cita bisa membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, ataupun bagi yang telah menjalani kehidupan berumah tangga senantiasa berupaya untuk meraih kehidupan yang sakinah tersebut. HAKEKAT KEHIDUPAN RUMAH TANGGA YANG SAKINAH
Pembaca yang budiman, telah disebutkan tadi bahwasanya setiap pribadi, terkhusus mereka yang telah berumah tangga, pasti dan sangat berkeinginan untuk merasakan kehidupan yang sakinah, sehingga kita menyaksikan berbagai macam cara dan usaha serta berbagai jenis metode ditempuh, yang mana semuanya itu dibangun diatas presepsi yang berbeda dalam mencapai tujuan kehidupan yang sakinah tadi. Maka nampak di pandangan kita sebagian orang ada yang berusaha mencari dan menumpuk harta kekayaan sebanyak-banyaknya, karena mereka menganggap bahwa dengan harta itulah akan diraih kehidupan yang sakinah. Ada pula yang senantiasa berupaya untuk menyehatkan dan memperindah tubuhnya, karena memang di benak mereka kehidupan yang sakinah itu terletak pada kesehatan fisik dan keindahan bentuk tubuh. Disana ada juga yang berpandangan bahwa kehidupan yang sakinah bisa diperoleh semata-mata pada makanan yang lezat dan beraneka ragam, tempat tinggal yang luas dan megah, serta pasangan hidup yang rupawan, sehingga mereka berupaya dengan sekuat tenaga untuk mendapatkan itu semua. Akan tetapi, pembaca yang budiman, perlu kita ketahui dan pahami terlebih dahulu apa sebenarnya hakekat kehidupan yang sakinah dalam sebuah kehidupan rumah tangga.
Sesungguhnya hakekat kehidupan yang sakinah adalah suatu kehidupan yang dilandasi mawaddah warohmah (cinta dan kasih sayang) dari Allah subhanahu wata’ala Pencipta alam semesta ini. Yakni sebuah kehidupan yang dirihdoi Allah, yang mana para pelakunya/orang yang menjalani kehidupan tersebut senantiasa berusaha dan mencari keridhoan Allah dan rasulNya, dengan cara melakukan setiap apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Allah dan rasulNya.
Maka kesimpulannya, bahwa hakekat sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah adalah terletak pada realisasi/penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan berumah tangga yang bertujuan mencari ridho Allah subhanahu wata’ala. Karena memang hakekat ketenangan jiwa (sakinah) itu adalah ketenangan yang terbimbing dengan agama dan datang dari sisi Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman Allah (artinya):
“Dia-lah yang telah menurunkan sakinah (ketenangan) ke dalam hati orang-orang yang beriman agar keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Al Fath: 4)
BIMBINGAN RASULULLAH DALAM KEHiDUPAN BERUMAH TANGGA
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam selaku uswatun hasanah (suri tauladan yang baik) yang patut dicontoh telah membimbing umatnya dalam hidup berumah tangga agar tercapai sebuah kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Bimbingan tersebut baik secara lisan melalui sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam maupun secara amaliah, yakni dengan perbuatan/contoh yang beliau shalallahu ‘alaihi wasallam lakukan. Diantaranya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam senantiasa menghasung seorang suami dan isteri untuk saling ta’awun (tolong menolong, bahu membahu, bantu membantu) dan bekerja sama dalam bentuk saling menasehati dan saling mengingatkan dalam kebaikan dan ketakwaan, sebagaimana sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami) keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya), maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits tersebut, kita melihat bagaimana Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membimbing para suami untuk senantiasa mendidik dan menasehati isteri-isteri mereka dengan cara yang baik, lembut dan terus-menerus atau berkesinambungan dalam menasehatinya. Hal ini ditunjukkan dengan sabda beliau shalallahu ‘alaihi wasallam:
وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ
yakni “jika kalian para suami tidak menasehati mereka (para isteri), maka mereka tetap dalam keadaan bengkok,” artinya tetap dalam keadaan salah dan keliru. Karena memang wanita itu lemah dan kurang akal dan agamanya, serta mempunyai sifat kebengkokan karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana disebutkan dalam hadits tadi, sehingga senantiasa butuh terhadap nasehat.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga bahkan ini dianjurkan bagi seorang isteri untuk memberikan nasehat kepada suaminya dengan cara yang baik pula, karena nasehat sangat dibutuhkan bagi siapa saja. Dan bagi siapa saja yang mampu hendaklah dilakukan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al ‘Ashr: 3)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ
“Agama itu nasehat.” (HR. Muslim no. 55)
Maka sebuah rumah tangga akan tetap kokoh dan akan meraih suatu kehidupan yang sakinah, insya Allah, dengan adanya sikap saling menasehati dalam kebaikan dan ketakwaan.
DIANTARA TIPS/CARA MERAIH KEHIDUPAN YANG SAKINAH
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang.” (Ar Ra’d:28)
Baik dzikir dengan makna khusus, yaitu dengan melafazhkan dzikir-dzikir tertentu yang telah disyariatkan, misal:
أَسْتَغْفِرُالله ,
dan lain-lain, maupun dzikir dengan makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah subhanahu wata’ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.
2. Menuntut ilmu agama
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata’ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan).” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa) pada mereka.
Pembaca yang budiman, demikianlah diantara beberapa hal yang bisa dijadikan tips untuk meraih dan membina rumah tangga yang sakinah. Wallahu a’lam. Semoga kajian ringkas ini dapat kita terapkan dalam hidup berkeluarga sehingga Allah menjadikan keluarga kita keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amiin, Ya Rabbal alamiin.
Sumber: http://www.assalafy.org/mahad/?p=64
Baca selengkapnya »

Dauroh Islamiyah “Wasiat Lukman Al Hakim”

Kamis, 24 November 2011 0 komentar



بسم الله الرحمن الرحيم
Hadirilah!  Islamiyah Ilmiah
Wasiat Lukman Al Hakim
Bersama: 
Al Ustadz Muhammad Ihsan
Insyaallah dilaksanakan pada : 
Hari Sabtu & Ahad, 2 – 3 Muharram 1433 H | 26 – 27 November 2011
Tempat:
MASJID ZAADUL MA’AAD (Pon-pes Ibnul Qoyim Balikpapan)
UNTUK UMUM, PRIA DAN WANITA.
Disiarkan Live Streaming IQ 107,9 FM www.salafybpp.com


Baca selengkapnya »

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan AL-IMAM ASY-SYAFI’I Rahimahullah

0 komentar
Buletin Islam AL ILMU Edisi: 17/IV/VIII/1431

Pelajaran Berharga dari Sisi Kehidupan

AL-IMAM ASY-SYAFI’I Rahimahullah

Sejarah para ulama salaf merupakan salah satu tentara dari tentara-tentara Allah subhanahu wata’ala . Begitu seorang muslim mempelajarinya, ia akan bisa mengambil pelajaran darinya, kemudian bersegera untuk mengamalkannya. (Al-Imam Abu Hanifah rahimahullah)

Biografi beliau rahimahullah
Beliau adalah seorang imam, ‘alim di zamannya, seorang penolong sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , dan orang yang faqih.

Nama dan Nasab beliau rahimahullah
Nama beliau rahimahullah adalah Muhammad, dan kunyahnya Abu ‘Abdillah. Nama lengkap beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Idris bin Al-’Abbas bin ‘Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib bin ‘Ubaid bin Abdi Yazid bin Hisyam bin Al-Muththalib bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab Al-Qurasyi Al-Muththalibi Asy-Syafi’i Al-Makki Al-Ghazi.

Tempat dan tanggal lahir beliau rahimahullah
Beliau rahimahullah dilahirkan pada hari Jum’at siang, di hari terakhir bulan Rajab, pada tahun 150 H, di desa Ghaza (disini lebih dikenal dengan sebutan Gaza). Sebuah desa yang terletak di sebelah selatan Palestina, dan berbatasan dengan negeri Syam (sekarang Libanon) dari arah Mesir. Tidak lama kemudian, ibunya membawanya ke kota ‘Asqalan, sebuah kota yang terletak tidak jauh dari Ghaza dan terhitung masih satu propinsi.
Hubungan kekerabatan beliau dengan Rasulullah shallallahualaihi wasallam
Beliau masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu kakek Al-Imam Asy-Syafi’i, yang bernama Al-Muththalib, adalah saudara laki-laki Hasyim, ayah dari ‘Abdul Muththalib, kakek Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan: “Sesungguhnya antara Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib satu kesatuan yang tidak akan ada yang bisa memisahkan antara kita, baik di zaman jahiliyah maupun di zaman islam.” (HR. Al-Bukhari).

Pindah ke kota Makkah
Beliau adalah anak yatim dibawah asuhan ibunya di Mesir. Kemudian, pada usia 2 tahun, dibawa oleh ibunya untuk pindah ke kota Makkah. Semenjak kecil beliau telah berlatih memanah dan melempar, sehingga menjadi orang yang paling unggul diantara teman-temannya di bidang olahraga tersebut.

Pendidikan dan Perjalanan Al-Imam Asy-Syafi’i dalam menuntut ilmu rahimahullah
- Pendidikan beliau rahimahullah selama di Makkah
Beliau menjalani pendidikan masa kecilnya di sebuah kuttab (madrasah anak-anak). Beliau bercerita: “Dahulu aku di madrasah anak-anak. Aku mendengarkan seorang guru sedang menalqinkan (mendiktekan) ayat kepada seorang anak, maka aku menghapalkannya. Dan sungguh aku telah menghapal semua yang ia diktekan.”
Pada usia 7 tahun, beliau rahimahullah telah hapal Al-Qur’an. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikan di tingkat madrasah (sekolah dasar), beliau belajar di Masjidil Haram. Belajar kepada para ahli fiqih dan para ahli hadits yang ada disana, sehingga beliau menjadi orang yang paling unggul dalam masalah fiqih.
Pada usia 10 tahun, beliau rahimahullah telah hapal kitab Al-Muwaththo’, karya Al-Imam Malik rahimahullah, sebelum beliau belajar kepada Al-Imam Malik rahimahullah.
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah juga pergi ke perkampungan arab badui dari Bani Hudzail untuk mempelajari bahasa arab yang masih asli, dan juga belajar balaghah (ilmu sastra dalam Bahasa Arab), kemudian menjadi orang yang pandai dalam dua bidang tersebut. Setelah itu, beliau rahimahullah kembali ke kota Makkah, melanjutkan belajar kepada para ulama yang berada di kota tersebut.
Beliau rahimahullah menuntut ilmu kepada para ulama terkemuka yang ada di kota Makkah, seperti Muslim bin Khalid Az-Zanji rahimahullah, Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah, dan lain-lain.
Bahkan, di usia 15 tahun, Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah telah memiliki kemampuan untuk memberikan fatwa. Salah satu guru beliau di kota Makkah, yang bernama Muslim bin Khalid Az-Zanji, berkata kepada beliau: “Berfatwalah, wahai Abu ‘Abdillah! Sungguh, demi Allah, sudah saatnya bagimu sekarang untuk berfatwa!”
Saat itu beliau rahimahullah baru  berusia 15 tahun.
- Pendidikan beliau rahimahullah di luar Makkah
Pada usia 20 tahun, Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengadakan rihlah (perjalanan menuntut ilmu) keluar kota Makkah, dan belajar kepada para ulama di berbagai negeri. Di kota Madinah, beliau belajar kepada Al-Imam Malik rahimahullah dan menyetorkan hapalan kitab “Al-Muwaththo’ ” karya Al-Imam Malik sendiri. Beliau rahimahullah telah hapal kitab “Al- Muwaththo’ ” sebelum mencapai usia baligh.
Di negeri Yaman, beliau belajar kepada Muthorrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qodhiy, dan lain-lain.
Di kota Baghdad, beliau belajar kepada Muhammad bin Al-Hasan, Isma’il bin ‘Ulayyah, dan lain-lain.
Murid-murid beliau rahimahullah
Diantara para ulama terkemuka yang pernah duduk belajar di hadapan beliau adalah seperti: Al-Humaidi, Ahmad bin Hanbal, Harmalah bin Yahya, Abdul ‘Aziz Al-Kinani Al-Makki, Ishaq bin Rahuyah, ‘Amr bin Sawwad, dan lain-lain.
Beliau cukup lama tinggal di kota Baghdad sampai akhirnya beliau pindah ke negeri Mesir.
Beliau meninggal di negeri Mesir pada malam Jum’at, setelah shalat ‘Isya di akhir bulan Rajab, saat mulai munculnya hilal di bulan Sya’ban, tahun 204 H, pada usia 54 tahun setelah mengalami sakit bawasir.
Keteladanan Beliau rahimahullah
- Kesungguhan dan semangat beliau rahimahullah dalam menuntut ilmu
Pada suatu hari, ibunya mengantarkannya kepada seorang guru, agar ia bisa belajar. Akan tetapi, ibunya tidak punya uang untuk membayar guru tersebut yang mengajar anaknya. Akhirnya, guru tersebut rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan cepatnya hapalan Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah.
Setelah selesai menghapal Al-Qur’an, beliau masuk ke dalam masjid duduk bersama para ulama. Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mendengarkan satu permasalahan atau satu hadits, lalu menghapalkannya. Ibunya tidak mempunyai harta untuk diberikan kepada beliau untuk membeli lembaran atau kertas sebagai tempat beliau menulis. Beliaupun mencari tulang, tembikar, tulang pundak unta, dan pelepah kurma, lalu menulis hadits padanya. Bila sudah penuh, beliau menaruhnya dalam tempayan yang ada di rumahnya, sehingga tempayan-tempayan yang ada di rumah beliau pun menjadi banyak. Ibunya berkata kepada beliau: “Sesungguhnya tempayan-tempayan ini telah menjadikan rumah kita sempit.” Maka beliau pun mendatangi tempayan-tempayan ini, menghapal apa yang ada padanya, kemudian membuangnya. Setelah itu, Allah subhanahu wata’ala memudahkan beliau untuk melakukan safar ke negeri Yaman.
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah pernah ditanya, “Bagaimana ambisi anda untuk mendapatkan ilmu?”
Beliau menjawab, “Seperti ambisi orang yang tamak terhadap dunia dan bakhil ketika memperoleh kelezatan harta.”
Lalu ditanyakan kepada beliau, “Seperti apakah anda didalam mencari ilmu?”
Beliau menjawab, “Seperti pencarian seorang wanita yang kehilangan anak satu-satunya.”
Ketika Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah duduk di hadapan Al-Imam Malik rahimahullah dan belajar kepadanya, ia membuat Al-Imam Malik kagum akan kecerdasan, kejelian dan kesempurnaan pemahamannya. Al-Imam Malik berkata, “Sesungguhnya aku melihat Allah subhanahu wata’ala telah memberikan cahaya atas hatimu. Maka janganlah kamu padamkan cahaya itu dengan gelapnya perbuatan maksiat.”
- Ketawadhu’an beliau rahimahullah
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah adalah seorang yang rendah hati (tawadhu’). Beliau pernah berkata, “Aku ingin, apabila manusia mempelajari ilmu ini -maksudnya kitab-kitab beliau-, hendaklah mereka tidak menyandarkan sesuatu pun dari kitab-kitab tersebut kepadaku.”
Beliau rahimahullah pernah berkata kepada Al-Imam Ahmad rahimahullah -salah satu murid beliau-, “Kamu lebih berilmu tentang hadits yang shahih dibanding aku. Maka apabila engkau mengetahui tentang sebuah hadits yang shahih, maka beritahukanlah kepadaku hingga aku berpegang dengan pendapat tersebut. Baik hadits tersebut datang dari penduduk Kufah, Bashrah (nama kota di Iraq), maupun Syam.
- Kewibawaan beliau rahimahullah
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah adalah seorang yang memiliki kewibawaan di hadapan manusia, sampai dikatakan oleh Ar-Rabi’ bin Sulaiman (teman dan murid beliau rahimahullah) berkata, “Demi Allah, aku tidak berani untuk meminum air tatkala Asy-Syafi’i melihat kepadaku, karena segan kepadanya.”
Adalah Sufyan bin ‘Uyainah -salah satu guru beliau rahimahullah- apabila mendapati sebuah permasalahan dalam masalah fatwa dan tafsir, beliau melihat kepada pendapat Asy-Syafi’i, dan berkata kepada orang-orang: “Tanyakanlah kepadanya.”
- Keteladanan beliau rahimahullah dalam membagi waktu malam
Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullah membagi waktu malamnya menjadi 3 bagian, sepertiga malam yang pertama untuk menulis, sepertiga malam yang kedua untuk shalat dan sepertiga malam yang ketiga untuk tidur.
Pujian para Ulama
1.  Yahya bin Sa’id Al-Qoththon rahimahullah:
“Aku selalu mendoakan kebaikan kepada Asy-Syafi’i, dan aku mengkhususkan doa tersebut baginya.”
2.  Qutaibah bin Sa’id rahimahullah:
“Telah meninggal Sufyan Ats-Tsauri maka hilanglah sifat Al-Wara’, dan telah meninggal Asy-Syafi’i maka matilah sunnah dan telah meninggal Ahmad bin Hanbal maka tersebarlah kebid’ahan.”
3.  Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah:
“Sesungguhnya Allah membangkitkan kepada manusia di penghujung setiap seratus tahun, seorang yang mengajarkan kepada mereka sunnah-sunnah (ajaran-ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menghilangkan kedustaan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .” kemudian beliau berkata, ‘maka kami melihat ternyata di penghujung seratus tahun pertama, orang tersebut adalah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz dan di penghujung seratus tahun kedua,orang tersebut adalah Asy-Syafi’i.”
Dan beliau (Al-Imam Ahmad) selalu mengulang-ngulang di dalam majelis beliau perkataan: “Telah berkata Abu ‘Abdillah Asy-Syafi’i.” Kemudian beliau mengatakan, “Tidaklah aku melihat seorangpun yang lebih kuat dalam berpegang teguh dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , dibanding Asy-Syafi’i.”
Dan beliau (Al-Imam Ahmad) juga selalu mendoakan dengan kebaikan kepada gurunya (Al-Imam Asy-Syafi’i) di dalam doa-doa beliau.
Karya tulis beliau rahimahullah
Al-Imam Al-Marwazi rahimahullah mengatakan:” Sesungguhnya Asy-Syafi’i telah menulis karya tulis sebanyak 113 kitab baik dalam bidang tafsir, fiqih, adab (akhlaq), dan lain-lain.” Dan ada yang mengatakan bahwa karya tulis beliau mencapai 147 judul. Dan ada pula yang mengatakan bahwa karya tulis beliau mencapai 200 judul.
Diantara karya tulis beliau yang terkenal adalah “Al-Umm“, kitab yang membahas tentang masalah fiqih. Kemudian juga kitab yang berjudul “Ar-Risalah“, yang membahas tentang ushul fiqh. Beliau rahimahullah juga memiliki kumpulan sya’ir yang terkumpul dalam sebuah kitab yang dinamakan dengan “Diwan Asy-Syafi’i
Mutiara hikmah beliau rahimahullah
1.  Beliau pernah bersyair:
Aku mengadukan kepada Waki’ (guru beliau) tentang jeleknya hapalan
Maka beliau membimbingku untuk meninggalkan perbuatan maksiat
Dan berkata, ‘Ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat’
2.  Barangsiapa ingin agar Allah membukakan hatinya atau meneranginya, maka dia harus meninggalkan pembicaraan yang tidak bermanfaat, meninggalkan dosa-dosa, menghindari perbuatan-perbuatan maksiat dan menyembunyikan amalan yang dikerjakan antara dia dan Allah. Jika dia mengerjakan hal tersebut, maka Allah akan membukakan ilmu baginya yang akan menyibukkan dia dari yang lainnya. Sesungguhnya dalam kematian terdapat perkara yang menyibukkan.”
3.  Berdebat di dalam masalah agama akan mengeraskan hati dan menimbulkan kedengkian.
4.  Beliau pernah bersyair:
Bersabarlah atas pahitnya kekerasan seorang guru
Sesungguhnya kegagalan ilmu jika lari darinya
Barangsiapa tidak merasakan pahitnya belajar sesaat
Akan mereguk hinanya kebodohan sepanjang hidupnya
Barangsiapa luput darinya belajar pada waktu mudanya
Maka bertakbirlah atasnya empat kali atas kematiannya
5.  Jika kalian mendapati dalam kitabku sesuatu yang menyelisihi sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam , maka berpeganglah dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tersebut, dan buanglah ucapanku.
6.  Jika ada sebuah hadits yang shahih, maka itulah madzhabku.
7.  Keridhoan manusia adalah sesuatu yang tidak akan pernah tercapai, dan tidak ada jalan menuju keselamatan dari mereka, maka wajib bagimu melakukan sesuatu yang bisa memberi kemanfaatan kepadamu dan berpegang teguhlah dengannya.
8.  Yang dinamakan dengan ilmu itu adalah sesuatu yang bisa memberi kemanfaatan dan tidaklah yang dinamakan dengan ilmu itu adalah sesuatu yang sekedar dihapal
Baca selengkapnya »

ketika ikhwah jatuh cinta - akhwat berbicara

Jumat, 18 November 2011 3 komentar
ARTIKEL REMAJA
Ketika ikhwah Jatuh Cinta - Akhwat berbicara 


Artikel yang menurut saya lumayan bagus. Meski temanya klasik tapi menarik untuk dibaca karena dari sudut pandang akhwat dan bisa jadi renungan kita. Yah.. selama ini kan akhwat cenderung diam kalo udah masuk ke wilayah cinta. Di saat makin banyaknya aktivis-aktivis dakwah yang sudah kebablasan dalam hal cinta. Menjajakan cinta atas nama dakwah. (afwan Sebenarnya rada sarkas juga sih pemilihan katanya, tapi mesti gimana lagi penggambarannya? susah klo mo pake istilah laen, lagian kita sering nggak ngeh kalo penyebutannya terlalu biasa).
Soalnya kebanyakan (saya nggak bilang semua lho…,) aktivis dakwah sering TP TP sama lawan jenisnya. Itu bisa dilihat ketika dia sering TP TP lewat fasihnya kata-kata, luasnya ilmu, lewat indahnya untaian nasihat, lewat merdunya suara, dkk. Yang jelas motivasinya secara tidak disadari melenceng jadinya, sayang banget khan? Mungkin dan sangat bisa jadi kita pengumbar nafsu. Wah gimana donk?! Maunya show amal dengan fatwa-fatwa agama ke orang lain, eh gak taunya nyari muka, aduuuh sayang banget yak?! Maunya sih kasih comment di FS dengan taushiyah,nggak taunya??? Biar dianggep paling mantep ruhiyahnya.
Hohoho… ini kenyataan lho.. saya sering iseng2 chek comment2 FS “aktivis dakwah”.. yaahh.. lihat aja dari fotonya.. biasanya siy yang ikhwan kalo nggak tampang sholehnya yang dipajang yaa.. gambar mujahid Palestine, atau orang pake sorban (kafiyeh) dengan muka sebagian ditutup. Liat dari gambarnya siy waah.. subhanallah… Militan negh kayaknya! profilenya juga.. mulai dari puisi tentang dakwah, aktiivitasnya dakwahnya yang segambreng, sampe kata-kata mutiara yang bisa bangkitin ghiroh! Tapi pas liat commentnya… hihi… rata2 yang ngisi akhwat.. dengan kata-kata romantis pula..Beberapa contohnya,
“syukron akhi atas tausyiahnya. . jangan bosen-bosen ingetin ana yah…”
(hihi.. nggak ada akhwat yang ingetin anti ya ukh…?)
“Salam.. Lama nggak silaturahim, .. gimana kabarnya? Sekarang kegiatannya apa?”
(penting gitu? Siapa eloe?!)
“Add ana aja akh.. biar nambah ukhuwah… ini alamatnya……, atau kalo mau chating ini alamat YM ana…” (hadooohh… MR-nya nggak marah tuh ukh?!)
Hehe.. masih banyak lagi dah yang laennya.. di FS akhwat juga nggak jauh beda.. biasanya dengan foto kartun bergambar akhwat, kemudian ngeliat profilenya yang lebih mirip biodata untuk taaruf, sampe puisi-puisi cinta.. (haddooohh…) comment2nya pun nggak kalah vulgar dengan yang di atas… cuma bedanya yang ngirimin ya ikhwan… hohoho…. pernah saya iseng sekali2 comment ke akhwat tsb.. “hihihi… gile bener…!!! ikhwan semua tuh yang comment ukh! Mesra-mesra pula lagi! Kenapa nggak sekalian aja ajak taaruf… terus temen2 akhwatnya mana tuh ukh… lagi marahan yah? Sebenernya siapa yang salah ya? Hohoho…”
Ya Allah… begitu halusnya… hingga kita tak menyadarinya. Jangan-jangan saya dan kita mungkin sudah terjebak dalam permainan setan ini?! lambat laun karena tidak sadar, akhirnya kita telah jadi korban.
Tanpa bermaksud menuduh siapapun, tulisan ini tentunya tidak harus membuat kita berhenti terpaku tuk meneruskan berbuat kebaikan, saling menasehati, bertausyiah, berfastabiqul khoirot. Karena berhenti dan sesuatu harus bersandar pada Allah SWT. Namun sangatlah bijak, jika kita mau berhenti sejenak menengok ke dalam relung hati kita yang paling dalam, sudah luruskah niat kita? adakah benih karat yang mencoba menggerogoti? Kenapa tausyiah kita hanya kepada lawan jenis? Padahal masih banyak saudara2 kita sesama jenis yang butuh nasihat kita. Niat & keikhlasan seutuhnya adalah urusan makhluk dengan sang Kholik langsung, manusia lain manapun tidak mampu menilainya. Jika belum lurus, mari kita sama-sama luruskan. Jika merasa berat meluruskannya, mari sama-sama berdo’a semoga Allah memberikan kekuatan lebih dan senantiasa menjauhkan kita dari keterpedayaan. Selamat membaca artikel singkat di bawah ini.

Ketika Ikhwah Harus Jatuh Cinta
Akhwat Berbicara…
Frens fillah…izinkan ane bercerita. Dalam kisah ini ane memakai sudut pandang orang pertama tunggal (aku, saya, ane, gue, whatever!), alurnya bolak-balik (alias semau ane). Ending terserah ente. Dan settingnya di sebuah medan bernama medan dakwah. Di sana penuh dengan cobaan, ujian, onak, duri, aral melintang sampai romantisme perjuangan.
Mengapa romantisme? Karena ane rasa di stasiun-stasiun perjalanan, di setiap sendi kehidupan, di setiap makhluk yang bernyawa (terutama manusia), yang di dalamnya ada segumpal daging yang disebut hati, di hati itu ada rasa. Rasa itu berwujud cinta. Cinta itu fitrah! Cinta itu anugerah! Yang jika benar menempatkannya, akan berakhir bahagia. Dan jika salah penempatannya, maka akan berujung malapetaka.
Yah.. cinta. Tak pernah bosan untuk dibahas. Sesuatu yang diulang, dan akan terus berulang. Dari zaman nenek moyang (bapak Adam dan Ibunda Hawa) sampai akhir zaman. Manusia yang tengah merasakannya bisa lupa waktu, lupa diri, lupa makan, bahkan lupa ingatan! (ck..ck..the power of love). Afwan, ane bukan seorang pujangga apalagi pakar cinta. Tapi (katanya) kekuatan cintalah yang menjadikan seseorang mendadak puitis, mendadak kreatif, mendadak inovatif, mendadak solutif, dan mendadak dangdut (lho?! He..he..af1 jiddan). Ane akan coba fokus. Ane gak akan membahas tentang cinta. Apa itu cinta, untuk siapa cinta itu diberikan, dan lain sebagainya. insyaAllah akan ana bahas di lain kesempatan. Dengan topik dan judul yang berbeda tentunya.
Oh ya… Izinkan juga ana bicara dari hati seorang wanita (bukan berarti mewakili kaum hawa keseluruhan) ini murni dari suara hati ane pribadi, so jangan men”generalisasi”kan pada semua akhwat. Kalo mau protes ke ane aja, otre?!)
Fenomena ini mungkin terjadi hampir di setiap medan dakwah. Pokoknya ada aktivis dakwahnya, ADS (Aktivis Dakwah Sekolah) maupun ADK (Aktivis Dakwah Kampus/kampung) . Pemerannya adalah akhwat en ikhwan. Keduanya adalah partner yang saling berkoordinasi dalam dakwah. Banyak sekali artikel dan buku yang telah membahasnya. Seminar, dauroh, sampai kajian liqo-pun membicarakannya. Gimana kalao ikhwah jatuh cinta? Hmmmm…. wajar tuh! Fitrah koq! Normal ih! (oke-oke… peace man!) dari ikhwah yang militan sampai yang meletan, semua berpeluang merasakannya. Yang jelas jatuh cinta ala ikhwah gak sama dengan orang ammah. (af1, maksud ane ikhwah di sini yang tingkat pemahaman keislamannya lebih -sedikit atau banyak- dibandingkan orang ammah/awam). Kalo yang ngakunya ikhwah (ikhwan or akhwat), cara mengelola, memanaj, dan menyikapi, seharusnya, lebih bijak, lebih hati-hati, lebih terkontrol, tanpa harus mengikuti dorongan nafsu dan masih dalam koridor-koridor syar’i (warning! Harap dibedakan dengan ikhwah yang “bermasalah” ato “error”, kasusnya beda lagi).
Selain cara menyikapinya, cobaan dan ujiannya juga beda. Tentunya syaitan pengujinya juga selevel dengan kualitas yang diuji. Sebagai aktivis yang menyeru ke jalan Allah, ber-amar ma’ruf nahi munkar, godaannya lebih berat lagi. Gimana nggak? Wong aktivis dakwah sholatnya tepat waktu dan berjama’ah di masjid, tilawahnya 1 juz perhari, diamnya dzikir, ma’sturat pagi-petang, qiyamullail, rawatib, en dhuha nggak pernah ketinggalan, amalan-amalan sunnah yang lain pun tetap jalan, bacaannya yang berbau islam, hadirnya ke majelis ilmu dan majelis dzikir, hidupnya hanya untuk dakwah dan jihad fisabilillah… ck…ck….syetan cs pada kualahan tuh! Syuro nya jadi lebih giat buat ngatur strategi jitu.
Tapi yang namanya syetan gak akan kehabisan akal (emang syetan punya akal???!!!) dia punya 1001 (bahkan beribu-ribu) cara untuk memasuki celah-celah yang menjadi peluang baginya. For example, dari hasil nguping pembicaraan manusia, syetan dapet bocoran kalo cinta itu datangnya dari mata turun ke hati. Akhirnya ia berusaha menggoda aktivis dakwah dari matanya (pandangannya) , banyak juga sih yang berjatuhan akibat ulahnya ini. Tapi godaan ini gak mempan, gak ngaruh, en ga ngefek bagi aktivis yang ghodul bashar (menjaga pandangan). Kemudian syetan dkk mengambil cara lain. Sms-sms bernada dakwahpun menyebar. Dari paket taujih, bangunin qiyamullail, nanya kabar, lagi ngapain? Udah makan ato belum? Met ultah yaaa (gubrak! Mang siapa lu, siapa gue???!)
Nggak sampe di situ, syaitan juga semakin canggih mengikuti perkembangan IPTEK. Syetan yang udah lulus kuliah di jurusan teknik informatika membuat program-program khusus di internet dan menyebarkan virus-virus aneh ke computer hati para aktivis dakwah. Yang gak punya komputer pribadi penyebaran virusnya bisa lewat flash disk, CD room, kabel data, disket dan lain-lain (nyambung gak seh? Ya disambung-sambungin aja ya!). berbagai fasilitas di dunia maya telah disajikan. Mulai via email, chatting, fs dengan testinya, sampai sebuah situs yang memfasilitasi para netter agar bisa berinteraksi dan memiliki komunitas sambil menampilkan foto dirinya. Semua hadir di tengah kita untuk memudahkan komunikasi. Fasilitas ini pula yang dimanfaatkan aktivis dakwah untuk bersilaturrahmi, sharring pengetahuan, diskusi dakwah, menjalin ukhuwah, dsb. Dst. Ada juga yang niatnya mencari pasangan hidup. (Itu mah kembali ke diri sendiri. Mau pake jalur “swasta” [nyari sendiri] ato jalur “negeri” [lewat murabbi] yang jelas keberkahan harus tetap dijaga. Saran ane, senantiasa luruskan niat! Di awal, di tengah, sampai akhir).
Nah, dari komunikasi dunia maya itu, ada yang memberitahukan identitas diri, ada pula yang tidak, bahkan ada yang menyembunyikannya dengan berbohong. Astaghfirullah… .namanya juga dunia maya, dunia gak jelas! Awalnya mungkin nanya asl, skul-kul-or ker, dmn? Nama? ada fs? Email? Sampai tukeran no HP (waduh koq tahu nih? Pengalaman pribadi ya? Sstt…amniyah ^_^). Nggak cukup sampe di situ, follow-up nya adalah sms-sms taujih dan kata-kata penyemangat. Ada juga yang ngirim berita/artikell islami lewat email. Atau sekadar berbalas testi di friendster. Ada juga yang janjian chatting di YM (Yahoo Messanger) dengan dalih melanjutkan perbincangan yang sempet tertunda di chatting perdana.
Yah…begitulah hubungan itu berlanjut sampai akhirnya ada kata ta’aruf dilontarkan, ada kata khitbah diajukan, dan ujungnya, sebuah pernikahan dilangsungkan. Nggak semua seh yang sukses sampe tahap itu. Sang Sutradara-lah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasa-Nya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggaman-Nya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik ato buruk, mau syurga or neraka., mau sukses ato gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan. Lebih tepatnya ketentuan yang diikhtiarkan. Semua tetap dibawah kuasa dan kendali-Nya. Makanya kita disuruh memaksimalkan ikhtiar, rajin-rajin berdo’a, lebih mendekatkan diri pada-Nya, dan berserah diri kepada-Nya (tawakkal). insyaAllah, apa yang menjadi pilihan kita, akan dimudahkan dan diberikan yang terbaik. Allahlah Yang Maha Tahu, so nikmati dan syukuri lah apa yang telah diberi. Semua pasti ada hikmahnya. (Lho koq jadi kemana-mana ya?!).
Afwan sebenarnya yang pengen ana sampaikan adalah pilihan kita untuk memilih pasangan. Bagi para ikhwan, pikirkanlah baik-baik (matang-matang, masak-masak) sebelum menawarkan sebuah jalinan bernama ta’aruf. Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya. Mengertilah keadaan kami (akhwat). Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Kami mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, kami adalah makhluk yang mudah sekali GeEr, suka disanjung, suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih. Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi kami untuk menolak. Karena jika kami menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antm, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan?
Sekali lagi, berhatihatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat kami terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat kami terlena. Ingin sekali kami memetiknya, ingin sekali kami berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi kami nggak berhak, kami belum mendapat izin dari si empunya rumah. Tadinya kami ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat kami lupa akan tujuan semula.
Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan kamipun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah kami mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya.
Saat itulah hati kami hancur berkeping-keping. Setelah semua harapan kami rangkai, kami bangun, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat. Lalu antum membiarkan kami menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat kami kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan kami berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuk kami. Kami akan segera pulang karena mungkin saja kami salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati ini. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung bagi kami dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Kami tak ingin mengkhianati calon suami kami yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara kami berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi, sebelum ijab qobul itu keluar dari lisan antum, cinta adalah cobaan. Cinta itu akan cenderung pada nafsu. Cinta itu akan cenderung untuk mengajak berbuat maksiat . Itu pasti! Langkah-langkah syetan yang akan menuntunnya. Kita tentunya gak mau memakai label “ta’aruf” untuk membungkus suatu kemaksiatan bukan? Hati-hatilah dengan hubungan ta’aruf yang menjelma menjadi TTM (Ta’aruf Tapi Mesra). Tolong hargai kami sebagai saudara antum. Kami bukan kelinci percobaan. Kami punya perasaan yang tidak berhak antum buat “coba-coba”. Pikirkanlah kembali. Mintalah petunjukNya. Jika antum memang sudah siap dan merasa mantap, segera jemput kami.
Dan satu lagi yang perlu antum perhatikan adalah bagaimana cara antum menjemput. Tentunya kita menginginkan kata BERKAH di awal, di tengah, sampai di ujung pernikahan kan? Hanya ridho dan keberkahanNya lah yang menjadi tujuan. Pilihlah cara yang tepat dan berkah. Antum sudah merasa mantap pada akhwat itu. Antum yakin seyakin-yakinnya bahwa dialah bidadari yang akan menghias istana antum. Tapi antum tidak menggunakan cara yang tepat untuk menjemputnya. Sama halnya jika antum yakin dan mantap untuk menuju Surabaya. Tapi dari Jakarta antum salah memilih kendaraan, akibatnya antum gak akan pernah sampai ke Surabaya, malah nyasar. Ato kendaraannya sudah bener tapi nggak efektif. Terlalu lama di perjalanan. Masih keliling-keliling dulu. Akhirnya banyak waktu terbuang percuma selama perjalanan. So, antum juga harus memikirkan cara yang baik/ahsan, tepat dan berkah agar bahtera rumah tangga antum berjalan di atas ridho dan keberkahanNya.
Baca selengkapnya »

Semangat Salaf dalam Menuntut Ilmu Muhadharah Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Umar Al-‘Adani hafizhahullah.

Rabu, 09 November 2011 0 komentar

Semangat Salaf dalam Menuntut Ilmu

Muhadharah Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Umar Al-‘Adani hafizhahullah.
إن الحمد لله نحمده تعالى ونستعينه ونستغفره ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا ، من يهديه الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، واشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، واشهد أن محمد عبده ورسوله
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ – آل عمران / 102 -
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا – النساء / 1 -
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا – الأحزاب / 70، 71 -
أما بعد ، فان اصدق الحديث كتاب الله تعالى ، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وعلى آله وسلم ، وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار
Wahai saudaraku di jalan Allah Ta’ala,
Wahai saudaraku di jalan Allah Ta’ala,
Pertama kita hendaknya memuji Allah ‘Azza wa Jalla yang telah memudahkan kita untuk berkunjung kepada saudara kami -hafizhahumullah- dari para masyayikh, penuntut ilmu dan ikhwah secara umum di ma’had yang penuh barakah ini. Dan kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar menjadikan kita dan ikhwah semuanya termasuk orang saling mengunjungi saudaranya karena Allah Ta’ala, berhubungan karenaNya dan saling mencintai karenaNya Ta’ala. Maka ini merupaka nikmat yang sangat besar dan agung yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada umat islam dan kepada ahlus sunnah, bahwa tidaklah mereka saling berhubungan dan saling mencintai kecuali karena Allah Ta’ala. Dan Nabi Shallallahu ‘alihi wa salam bersabda sebagaimana diriwayatkan An-Nasa’i dan Abu Ya’la dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-;
إن من عباد الله عبادًا يغبطهم الأنبياء والشهداء ، ليسوا بأنبياء ولا شهداء ، قالوا صفهم لنا يا رسول الله لعلنا نحبهم ، قال : هم قوم تحابوا من غير أرحام ولا انساب ، وجوههم من نور على منابر من نور لا يخافون يوم يخاف الناس ولا يحزنون يوم يحزن الناس ، ثم تلى النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم قول الله عز وجل : أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ. – يونس / 62، 63 -
“Sesungguhnya dari hamba Allah ada hamba-hamba yang ingin keadaan mereka seperti para nabi dan syuhada’, dan mereka bukan para nabi dan syuhada’. Mereka berkata: “Sebutkan cirri-cirinya kepada kami wahai Rasulullah”. Beliau berkata: “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai bukan karena hubungan rahim bukan pula nasab, wajah-wajah mereka dari cahaya di atas mimbar-mimbar dari cahaya, mereka tidak takut pada hari yang manusia merasa takut, mereka tidak sedih pada hari yang manusia merasa sedih”. Kemudian beliau membaca firman Allah Ta’ala: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih, mereka adalah orang-orang yang beriman dan mereka bertakwa.”
Kemudian kita juga berterima kasih kepada Fadhilah Asy-Syaikh Abu NashrMuhammad Al-Imam -hafizhahullah ta’ala- semoga Allah Ta’ala memberikan barakah pada beliau, pada ilmunya, perjuangannya, keluarganya dan anak-anaknya.Dan kita memohon kepada Allah -tabaraka wa ta’ala- agar menjadikan kita dan sekalian ikhwah kita termasuk penolong al-haq dan penyeru kepada petunjuk. Dan kita berterima kasih kepada beliau akan kunjungan beliau saudara beliau dan anak didik beliau. Maka kita memohon kepada Allah Ta’ala agar membalas beliau dengan sebaik-baik balasan.
Wahai sekalian ikhwah fillah,
Pada kesempatan ini kami mengingatkan diri-diri kami dan segenap ikhwah dengan besarnya nikmat Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita, yang mana Allah telah menunjuki kita kepada agamaNya dan memberikat kita taufiq kepada sunnah Rasulillah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam. Maka ini merupakan seutama-utama nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kepada hamba-hambaNya yang muslim, yaitu menunjuki mereka agamaNya dan menjadikan mereka termasuk pengikut RasulNya Muhammad Shallalllahu ‘alaihi wa salam. Allah Ta’ala menutup nikmat ini dari sekian banyak orang dan dari jutaan manusia, mereka tidak mendapatkan taufiq untuk merengkuhnya dan tidak menunjuki mereka untuk meniti jalannya, kemudia Allah Ta’ala memilihmu dan mengutamakanmu sehingga engkau menjadi hambaNya yang shalih. Dan Allah Ta’ala mengingatkan kita dalam kitabNya Al-Karim dengan kebaikan dan keutamaan ini, Allah Ta’ala berfirman;
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآَوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. – الأنفال / 26 -
“Dan ingatlah disaat kalian berjumlah sedikit lagi lemah di muka bumi, kalian takut akan disambar oleh manusia lalu Allah melindungi kalian dan mengkokohkan kalian dengan pertolonganNya dan Allah merizkikan kepada kalian perkara-perkara yang baik agar kalian bersyukur.” Al-Anfal: 26
Qatadah -rahimahullah- berkata: “Dahulu masyarakat Arab ini merupakan masyarakat yang paling hina, paling sulit kehidupannya, paling lapar perutnya, paling telanjang kulitnya dan paling jelaas kesesatannya, siapa yang hidup dari mereka hidup dalam kekerasan, siapa yang mati dari mereka dihempaskan dalam neraka sampai Allah mendatangkan islam, maka Allah Ta’ala mengokohkan mereka dengannya di semua negeri, meluaskan rizki bagi mereka dengannya, dan Allah Ta’ala menjadikan mereka penguasa di atas sekalian manusia”.Kita harus memuji Allah Ta’ala atas semua itu, umat ini tidak memiliki nilai dan harga di tengah-tengah umat yang lain. Maka ketika Allah Ta’ala menginginkan untuk meninggikan kalimatnya dan mengangkat kepalanya Allah Ta’ala mengutus kepadanya rasul yang membawa petunjuk yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam.
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ. – آل عمران / 164 -
“Sungguh Allah telah menganugerahkan kepada kaum mukminin ketika Allah mengutus pada mereka seorang rasul dari diri mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayatNya, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Meskipun mereka sebelum itu benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Ali-’Imran: 164
“Kesesatan yang nyata” berupa kesesatan kesyirikan, khurafat dan kebid’ahan. Maka Allah Ta’ala menyelamatkan mereka dengan nabiNya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam. Allah Ta’ala menyatukan mereka dengannya setelah terjadi perpecahan memuliakan mereka dengannya setelah kehinaan, mengkayakan mereka setelah kemiskinan dan menunjuki mereka dengannya setelah tersungkur dalam kesesatan, kekufuran dan penyimpangan. Maka ini adalah nikmat yang besar yang Allah Ta’ala anugerahkan kepada kita. Tidaklah berlangsung kecuali beberapa saat dan sedikit tahun tiba-tiba dibukakan bagi umat ini negeri-negeri di bagian timur dan barat. Jadilah ia sebaik-baik umat dan umat terkuat dan termulia yang sebelumnya mereka hanyalah penggembala onta, sapid an domba. Tidaklah ia kecuali saat yang sebentar jadilah mereka seperti yang kalian dengar. Apa sebabnya? Sebabnya adalah agama ini (islam), agama yang agung ini, agama yang penuh keutamaan dan kebaikan. Agama yang di saat salaf shalih berpegang teguh dengannya Allah Ta’ala memuliakan mereka dan mengangkat derajat dan kemuliannya.
Demikian pula umat yang sekarang jika mereka kembali kepada agama mereka dan berpegang teguh dengan kitab Rabbnya dan sunnah nabinya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam niscaya akan terwujud bagi mereka apa yang Rabb mereka janjikan dalam kitabNya dan lisan nabiNya. Allah Ta’ala mengabarkan dalam kitabNya bahwa masa depan adalah bagi agama ini dan kesudahan yang baik adalah bagi hambaNya yang bertakwa sebagaimana Allah Ta’ala firmankan;yang bertakwa sebagaimana Allah Ta’ala firmankan;
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ. – التوبة / 33 -
“Dialah yang mengutus rasulNya dengan petunjuk dan agama yang benar agar Dia menampakan agama ini atas sekalian agama, meskipun orang-orang musyrik itu tidak suka.” At-Taubah: 33
Demikian juga Allah Ta’ala berfirman;
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ. – النور / 55 -
“Allah telah menjajikan bagi orang-orang yang beriman dari kalian dan beramal shalih bahwa Allah akan benar-benar menguasakan mereka di muka bumi sebagaimana Allah telah menguasakan umat sebelum mereka, dan Allah akan benarbenar mengkokohkan agama mereka yang Dia telah ridhai bagi mereka, dan Allah benar-benar akan menggantikan bagi mereka ketakukan menjadi rasa aman, (jika) mereka beribadah kepadaku dan tidak menyekutukan aku dengan sesuatupun. Dan siapa yang kufur setelah itu maka mereka itulah orang yang fasiq.” An-Nur: 55
Dan Allah Ta’ala berfirman;
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ. – الحج / 40 -
“Dan Allah benar-benar akan menolong orang yang menolongNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” Al-Haj: 40
Dan Allah Ta’ala berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ. – محمد / 7 -
“Wahai oang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah maka Allah akan menolong kalian dan mengkokohkan kaki-kai kalian.” Muhammad: 7
Demikian pula janji yang ada dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam.Disebutkan dalam Shahih Muslim dari hadits Tsauban radhiyallahu ‘anhu bahwa NabiShallallahu ‘alaihi wa salam bersabda;
إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا
“Sesungguhnya Allah mengumpulkan bagiku bumi ini maka aku bias melihat bagian timur dan baratnya, dan sesungguhnya umatku akan sampai kekuasaannya pada apa yang dikumpulkan bagiku darinya.”
Kalau begitu, agama ini akan sampai kepada setiap tempat, memasuki setiap rumahsebagaimana dalam hadits Tamim Ad-Dary yang diriwayatkan oleh Ahmad dari NabiShallallahu ‘alaihi wa salam;
لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَلاَ يَتْرُكُ اللهُ بَيْتَ مَدَرٍ وَلاَ وَبَرٍ إِلاَّ أَدْخَلَهُ اللهُ هَذَا الدِّيْنَ بِعِزِّ عَزِيْزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيْلٍ عِزًّا يُعِزُّ اللهُ بِهِ الإِسْلَامَ وَذُلا يُذِلُّ اللهُ بِهِ الْكُفْرَ
“Benar-benar perkara ini akan sampai pada apa yang malam dan siang sampai padanya. Dan Allah tidak akan meninggalkan rumah perkotaan dan tidak pula pedesaan kecuali Allah memasukkan padanya agama ini dengan membawa kemuliaan bagi orang mulia dan membawa kehinaan bagi orang yang hina. Kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan islam dan kehinaan yang dengannya Allah menghinakan kekufuran.”
Allah Ta’ala tidaklah meninggalkan sebuah rumahpun, sama saja dari tanah liat, ataudari batu, atau dari kayu, atau dari bulu onta kecuali Allah Ta’ala memasukkan padanya agama ini. Akan tetapi sebagaimana diketahui bahwa janji ini tidak akan terwujud kecuali jika umat ini kembali kepada agamanya, pemimpinnya, rakyatnya, masyarakatnya, keluarganya dan individunya. Allah Ta’ala tidaklah menghadiahkan pertolongan ini kecuali pada orang yang berhak menerimanya. Dan orang yang berhak atsanya adalah orang yang istiqamah di atas agamaNya dan syari’atNya, dan mereka berpegang teguh dengan kitabNya dan sunnah NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa salam dalam seluruh perkara kehidupannya. Dalam perkara keyakinan, ibadah, mu’amalah, adab, akhlak, cara hidup, jalan hidup, dakawah dan juga dalam perkara pendidikan. Mereka itulah orang yang dicalonkan dan pantas mendapatkan pertolongan Allah Ta’ala.Dan ini sebagaimana juga diketahui, tidak mungkin terwujud kecuali jika ditemukan pada umat ini ukuran yang cukup dari kalangan ulama yang rabbany, ulama yang dalam ilmunya pemilik pandangan yang lurus, pemilik sifat wara’, zuhud dan pengalaman, yang mampu membedakan antara kemaslahatan dan kerusakan, membedakan antara manfaat dan madharat. Jika ada orang seperti mereka itu yang membimbing umat berdasarkan al-kitab dan as-sunnah dan mengembalikan umat kepada agama yang agung ini dan bias membawa umat untuk berpegang teguh dengan sunnah nabi pilihan Shallallahu ‘alaihi wa salam, maka diharapkan setelah itu akan terwujud pada mereka pertolongan Allah Ta’ala yang Allah ta’ala janjikan bagi mereka dalam kitabNya dan lisan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa salam.
Dan ini sebagaimana diketahui juga menuntut dari umat ini adanya perhatian dan semangat, penyempatan dan pengorbanan dalam meraih ilmu yang bermanfaat ini, juga dalam menyebarkan ilmu yang bermanfaat ini ke tengah-tengah masyarakat kaum muslimin. Memenuhi kesempatan manusia dan pikira mereka. Yang mana dengannyaa umat akan membedakan mana petunjuk dan mana kesesatan, membedakan antara kesyirikan dan tauhid, antara sunnah dan bid’ah, antara manfaat dan madharat, antara penyimpangan dan petunjuk. Maka harus ada kadar ulama yang seperti ini ….
Bersambung edisi berikutnya
Wallahu a’lam bi shawab.
Ma’bar 20/04/1431 H, dikirim via e-mail oleh Al-Akh ‘Umar Al-Indun
Baca selengkapnya »

AWAS! JANGAN DEKATI ZINA!

Sabtu, 05 November 2011 0 komentar

Buletin Islam AL ILMU Edisi: 16/IV/VIII/1431



وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’: 32)
Penjelasan makna ayat
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا
Dan janganlah kalian mendekati zina.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini: “Allah subhanahu wata’alaberfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina danlarangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab dan pendorong-pendorongnya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk melakukan zina.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً
Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah dosa yang sangat besar.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55)
Asy-Syaikh As-Sa’di berkata, “Allah subhanahu wata’ala menyifati perbuatan ini dan mencelanya karena ia (فَاحِشَةً) adalah perbuatan keji.
Maksudnya adalah dosa yang sangat keji ditinjau dari kacamata syariat, akal sehat, dan fitrah manusia yang masih suci. Hal ini dikarenakan (perbuatan zina) mengandung unsur melampaui batas terhadap hak Allah dan melampaui batas terhadap kehormatan wanita, keluarganya dan suaminya. Dan juga pada perbuatan zina mengandung kerusakan moral, tidak jelasnya nasab (keturunan), dan kerusakan-kerusakan yang lainnya yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)
وَسَاءَ سَبِيلًا
dan (perbuatan zina itu adalah) suatu jalan yang buruk.
Al-Imam Ath-Thabari rahimahullah mengatakan, ”Dan zina merupakan sejelek-jelek jalan, karena ia adalah jalannya orang-orang yang suka bermaksiat kepada Allahsubhanahu wata’ala, dan melanggar perintah-Nya. Maka jadilah ia sejelek-jelek jalan yang menyeret pelakunya kedalam neraka Jahannam.” (Tafsir Ath-Thabari, 17/438)
Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menafsirkan lafazh ayat (yang artinya) ”suatu jalan yang buruk” dengan perkataannya, ”Yaitu jalannya orang-orang yang berani menempuh dosa besar ini.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 457)
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan bahwa Allah subhanahu wata’alamengabarkan tentang akibat perbuatan tersebut. Bahwasannya perbuatan tersebut adalah sejelek-jelek jalan. Karena yang demikian itu dapat mengantarkan kepada kebinasaan, kehinaan, dan kerendahan di dunia serta mengantarkan kepada adzab dan kehinaan di akhirat. (Lihat Al-Jawab Al- Kafi, hal. 206)
Hal-hal yang mengantarkan kepada perbuatan zina
Islam adalah agama rahmatan lil ’alamin. Islam menutup rapat-rapat semua celah yang dapat mengantarkan seorang hamba kepada kejelekan dan kebinasaan. Atas dasar ini, disaat Allah subhanahu wata’ala melarang perbuatan zina, maka Allah subhanahu wata’ala melarang semua perantara yang mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Disebutkan dalam kaedah fiqih:
وَسَائِلُ اْلأُمُورِ كَالْمَقَاصِدِ
Perantara-perantara seperti hukum yang dituju.
Zina adalah perbuatan haram, maka semua perantara/wasilah yang dapat mengantarkan kepada zina juga haram hukumnya. Diantara perkara yang dapat mengatarkan seseorang kepada zina adalah:
1.   Memandang wanita yang tidak halal baginya
Penglihatan adalah nikmat Allah subhanahu wata’ala yang sejatinya disyukuri hamba-hambanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): ”Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-Nahl: 78). Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mensyukurinya. Justru digunakan untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala. Untuk melihat wanita-wanita yang tidak halal baginya. Terlebih di era globalisasi ini dengan segenap kecanggihan teknologi dan informasi, baik dari media cetak maupun elektronik, seperti internet, televisi, handphone, majalah, koran, dan lain sebagainya, yang notabene-nya menyajikan gambar wanita-wanita yang terbuka auratnya. Dengan mudahnya seseorang menikmati gambar-gambar tersebut. Sungguh tak sepantasnya seorang hamba yang beriman kepada Allah subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallammelakukan hal itu.
Pandangan adalah sebab menuju perbuatan zina. Atas dasar ini, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada para hamba-Nya yang beriman untuk menundukkan pandangannya dari hal-hal yang diharamkan. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya): Katakanlah (wahai nabi), kepada laki-laki yang beriman: ’Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka.” (An-Nur: 30-31)
Allah subhanahu wata’ala memerintahkan orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan untuk menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Termasuk menjaga kemaluan adalah menjaganya dari: zina, homosex, lesbian, dan agar tidak tersingkap serta terlihat manusia(Lihat Adhwa’ Al-Bayan, Al-Imam Asy-Syinqithi 6/126)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: ”Ini adalah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar mereka menundukkan pandangan-pandangan mereka dari apa yang diharamkan. Maka janganlah mereka memandang kecuali kepada apa yang diperbolehkan untuk dipandangnya. Dan agar mereka menjaga pandangannnya dari perkara yang diharamkan. Jika kebetulan pandangannya memandang perkara yang diharamkan tanpa disengaja, maka hendaklah ia segera memalingkan pandangannya. Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahihnya dari shahabat Jarir bin Abdullah Al-Bajali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Aku bertanya kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang pandangan secara tiba-tiba, maka beliau memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir,5/399)
Manakala perbuatan zina bermula dari pandangan, Allah subhanahu wata’alamenjadikan perintah menahan pandangan lebih dikedepankan ketimbang menjaga kemaluan. Karena semua kejadian bersumber dari pandangan. Sebagaimana api yang besar bermula dari api yang kecil. Bermula dari pandangan, lalu terbetik di dalam hati, kemudian melangkah, akhirnya terjadilah perbuatan zina. (Lihat Al-Jawab Al- Kafi, hal. 207)
2.    Menyentuh wanita yang bukan mahramnya
Menyentuh wanita yang bukan mahram adalah perkara yang di anggap biasa dan lumrah ditengah masarakat kita. Disadari atau tidak, perbuatan tersebut merupakan pintu setan untuk menjerumuskan anak Adam kepada perbuatan fahisyah (keji), seperti zina. Oleh karena itu, Islam melarang yang demikian itu, bahkan mengancamnya dengan ancaman yang keras. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:
لأَنْ يَطْعَنَ فيِ رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ
”Seorang ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik ketimbang menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Ath-Thabarani, no. 16880, 16881)
Dalam hadits ini terdapat ancaman yang keras bagi orang yang menyentuh wanita yang tidak halal baginya. Hadits tersebut juga sebagai dalil tentang haramnya berjabat tangan dengan wanita (yang tidak halal baginya). Dan sungguh kebanyakan kaum muslimin di zaman ini terjerumus dalam masalah ini. (Lihat Ash-Shahihah, no. 1/395)
Dalam hadits lain dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَاْلأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Ditetapkan atas anak cucu Adam bagiannya dari zina akan diperoleh hal itu tidak mustahil. Kedua mata zinanya adalah memandang (yang haram). Kedua telinga zinanya adalah mendengarkan (yang haram). Lisan zinanya adalah berbicara (yang haram).Tangan zinanya adalah memegang (yang haram). Kaki zinanya adalah melangkah (kepada yang diharamkan). Sementara hati berkeinginan dan berangan-angan, sedang kemaluan yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Muslim no. 2657)
3.    Berkhalwat (berduaan) di tempat sepi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memperingatkan dalam haditsnya yang agung:
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
”Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad)
Betapa banyak orang yang mengabaikan bimbingan yang mulia ini, akhirnya terjadilah apa yang terjadi. Kita berlindung kepada-Nya dari perbuatan tersebut.
Ber-khalwat (berduaan) dengan wanita yang bukan mahramnya adalah haram. Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahramnya kecuali ketiganya adalah setan. Apa dugaan anda jika yang ketiganya adalah setan? Dugaan kita keduanya akan dihadapkan kepada fitnah. Termasuk berkhalwat (yang dilarang) adalah berkhalwat dengan sopir. Yakni jika seseorang mempunyai sopir pribadi, sementara dia mempunyai istri atau anak perempuan, tidak boleh baginya membiarkan istri atau anak perempuannya pergi berduaan bersama si sopir, kecuali jika disertai mahramnya. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin Asy-Syaikh Al-’Utsaimin, 6/369)
4. Berpacaran
Berpacaran adalah suatu hal yang lumrah di kalangan muda-mudi sekarang. Padahal, perbuatan tersebut merupakan suatu perangkap setan untuk menjerumuskan anak cucu Adam ke dalam perbuatan zina.
Dalam perbuatan berpacaran itu sendiri sudah mengandung sekian banyak kemaksiatan, seperti memandang, menyentuh, dan berduaan dengan wanita yang bukan mahramnya, yang notabene merupakan zina mata, lisan, hati, pendengaran, tangan, dan kaki.
Itulah diantara hal-hal yang dapat mengantarkan anak cucu Adam kepada perbuatan zina. Barangsiapa menjaganya, selamatlah agamanya, insya Allah. Sebaliknya, barangsiapa lalai dan menuruti hawa nafsunya, kebinasaanlah baginya. Kita berlindung kepada Allah  dari kejelekan diri-diri kita. Amin.
Kerusakan yang disebabkan perbuatan zina
Kerusakan yang ditimbulkan oleh perbuatan zina adalah termasuk kerusakan yang sangat berat. Diantaranya adalah merusak tatanan masyarakat, baik dalam hal nasab (keturunan) maupun penjagaan kehormatan, dan menyebabkan permusuhan diantara sesama manusia.
Al Imam Ahmad rahimahullah berkata: ”Aku tidak mengetahui dosa besar apa lagi yang lebih besar setelah membunuh jiwa selain dari pada dosa zina.” Kemudian beliau v menyebutkan ayat ke-68 sampai ayat ke-70 dari surat Al Furqan. (Lihat Al-Jawab Al-Kafi, hal 207)
Nasehat untuk kaum muslimin
Para pembaca yang kami muliakan, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati seorang hamba, itu semua akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat kelak. Yang pada hari itu anggota badan seorang hamba; tangan, kaki, dan kulit akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat. Manusia adalah tempat kesalahan dan dosa. Semua anak cucu Adam pernah berbuat kesalahan. Sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang paling cepat bertaubat.
Tolak ukur kebaikan seorang hamba bukanlah terletak pada pernah atau tidaknya dia berbuat kemaksiatan. Akan tetapi yang menjadi tolak ukur adalah orang yang segera bertaubat manakala berbuat kemaksiatan, serta tidak terus menerus berada dalam kubangan kemaksiatan.
Segeralah bertaubat, wahai hamba-hamba Allah, sebelum ajal menjemputmu! Allahsubhanahu wata’ala berfirman (artinya): “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera. Maka mereka Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan yang hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, barulah ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (An-Nisaa’: 17-18)
Wallahu a’lam bishshowab.
Baca selengkapnya »

KRITIK DAN SARAN

Rekaman Dauroh Fikih Muamalah Sururiyyah Hizbiyyah

بسم الله الرحمن الرحيم

Rekaman dauroh Fikih Muamalah Sururiyyah Hizbiyyah di Masjid Al-I’thisom, Sudirman, Jakarta pada hari Sabtu tanggal 04 Februari 2012 bersama Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi -hafizhahullaah- (Pengasuh Ma’had As-Sunnah Makassar)

Berikut adalah link download kajiannya:

Rekaman dauroh hari ke-2 dengan Tema Sebab-Sebab Perselisihan Ahlussunnah di Masjid UNJ Rawamangun, Jakarta Timur pada hari Ahad tanggal 05 Februari 2012 bersama Al-Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi -hafizhahullaah- (Pengasuh Ma’had As-Sunnah Makassar)

Link downloadnya:

Tambahan :

Rekaman kajian dengan tema Keutamaan Menjaga Amanah di TK Annash, Pejaten, Jakarta Selatan pada hari Kamis 2 Februari 2012 bersama Al-Ustadz Dzulqarnain.

Link downloadnya:

Semoga bermanfaat baokallahu fiikum

Sumber: Problema Muslim

thank you

pengumuman

بسم الله الرحمن الرحيم